Śarīra adalah istilah umum untuk “relik Buddha”, meski penggunaannya secara umum sering mengacu pada benda-benda yang mirip mutiara atau biji kristal yang biasanya ditemukan di antara abu kremasi para guru spiritual agama Buddha. Sarira dipercaya mampu memancarkan atau memberikan ‘pemberkatan’ dan ‘kemuliaan’ (bahasa Sanskerta: adhishthana) di dalam aliran pikiran dan pengalaman mereka yang terhubung dengannya. Dalam tradisi Himalaya, Sarira juga dianggap sebagai sebuah benda yang mampu menghalau kekuatan jahat. Istilah sarira atau “sharira” berasal dari istilah Sanskerta. Pada awalnya ia berarti “tubuh”, tetapi saat digunakan dalam naskah-naskah Buddhis berbahasa Sanskerta, ia berubah artinya menjadi relik, dan selalu digunakan dalam bentuk jamak: śarīrāḥ. Istilah “ringsel” di sisi lain berasal dari bahasa Tibet. Kedua istilah ini cukup ambigu pemakaiannya dalam Bahasa Inggris, umumnya digunakan sebagai sinonim, meski menurut beberapa interpretasi, ringsel adalah bagian dari sarira.
Sarira atau relik biasanya diabadikan atau disimpan dalam stupa. Stupa merupakan tempat untuk penyimpan relik/sarira atau peninggalan orang-orang suci atau arahat.