Soft cover, 14 x 21 cm
HVS full color, 158 hlm
Harga normal Rp98.000,-
====
Istilah "Dafatir Shultaniyyah" diungkapkan oleh Sultan “Ala'uddin Manshur Syah, penguasa Aceh di pertengahan abad ke-19 yang mengirimkan surat berbahasa Arab kepada Sultan Abdul Majid I nun jauh di Istanbul sana. Dalam suratnya, beliau menyampaikan,
“Wa dzaalika matsbuutan fii'd-Dafaatir as-Sulthaaniyyah" (“Dan sejarah yang demikian telah tercantum dalam Arsip Kesultanan.”)
Istilah “Dafatir Sulthaniyah” itu digunakan sang sultan untuk merujuk kepada “Arsip Kesultanan” yang pernah dimiliki negaranya. Menurut penuturannya - sebagaimana yang akan kita saksikan dalam buku “Dafatir Sulthaniyah” Arsip Kesultanan milik Aceh mencatat akurat bagaimana awal mula pendiri-pendiri kesultanannya menghaturkan janji setia untuk taat (baiat taat) kepada Khalifah Selim II di abad ke-16.
Bahkan tidak hanya para sultan yang ada di Aceh: sultan-sultan, kaum ulama, hulubalang, jawara, sampai rakyat jelata sekepulauan Jawi pun pernah menulis suratnya kepada Khilafah “Utsmaniyyah, dengan pernyataan baiat melalui tulisan (al-bay'ah bi'lkitabah). Cakupannya juga luas, melampau garis teritorial ciptaan penjajah Eropa, sehingga loyalitas kepada Khilafah 'Utsmaniyyah bisa Kita temui di wilayah yang hari ini dikenal sebagai Malaysia, Indonesia, Brunei, Thailand, maupun Filipina. Fakta sejarah ini sekaligus menjawab kalangan yang justru berusaha meraguragukan adanya jejak Khilafah di Kepulauan Jawi alias Asia Tenggara.
Hal paling penting dari semua ini adalah, buku ini mengandung arsip pilihan yang mampu membuat kita tercengang, mengernyitkan dahi, dan menarik napas panjang. Sebab, sebagaimana sub judulnya, ia menguak bukti loyalitas muslimin Jawi kepada Khilafah “Utsmaniyyah, yang mayoritasnya diungkapkan melalui surat - sebagai alat komunikasi utama kepada para penguasa saat itu.