Menjelang usia ke- 50 tahun, Martin Lukito Sinaga menengok kembali perjalanan hidupnya selam ini. Waktu yang berselang dengan berbagai peristiwa dan pengalaman telah membentuk pola perenungan dan pemikirannya, termasuk tentang Tuhan dan Agama. Buah perenungan hal ihwal Tuhan dan agama itu adalah esai-esai yang dikemas secara filosofis dan teologis.
Selain menjelaskan Tuhan dan agama dari sudut iman yang dialogis, dari esai-esai ini kiranya sejumlah pengertian dapat ditemukan dan tindakan dapat diambil, untuk mendalami pengertian dan memperkaya kehudupan, serta kalau boleh untuk menyelesaikan berbagai soal: bisakah agama tidak mengerutkan nalar dan batin penganutnya, tapi malah mendorong kebebasan dalam kehidupan umat? Dan, bisakah ia mengambil sikap dialogis di tengah kemajemukan ataupun pluralisme kehidupan sosialnya? Hasinya sungguh penting bagi kita yang hidup di zaman modern dan di masyarakat majemuk ini. Tuhan kini dimengerti dengan lapang, generous, dan hidup beragama pun lebih terbuka dan leluasa adanya.
Ditulis dengan jernih, puitis, esai-esai ini brbobot karena bertolak dari anggapan, sebagaiman pernah dicetuskan oleh filsuf Jerman Jurgen Habermas, bahwa iman dan agama mengandung semantik yang sungguh bermakna bagi kita kini. Pembaca akan menikmati tuturan segar yang mendalam namun bersentuhan dengan kehidupan nyata sehari-hari.