Ia adalah orang yang 36 tahun lalu membawakan untuk saya sepotong poster berisi empat tim semifinalis Piala Dunia Meksiko ’86. Ia memperkenalkan banyak nama negara, tapi terutama Argentina, kepada saya. Ia membuat saya bisa membedakan mana Maradona mana Giusti, mana Brehme mana Rummenigge, mana Tigana mana Platini, dan dengan telaten membantu membacakan nama Harald Schumacher dan Jean-Marie Pfaff yang sangat sulit dieja. Ia, hanya ia, yang membuat saya menggilai sepakbola dan menghabiskan terlalu banyak waktu untuknya. Dan, kini, orang yang sama, di depan TV yang menyiarkan final Piala Dunia keenam Argentina, terlihat tak tahu dan sama sekali tak tertarik dengan apa yang sedang berlangsung di layar kaca. (Setelah Argentina Juara) * Ada delapan catatan Mahfud Ikhwan terkait Piala Dunia Qatar 2022 yang dirangkum dalam buku ini. Meski evennya sudah berlalu tapi gaung dari tulisan ini terus relevan untuk membaca betapa sepakbola bukan semata 22 pemain di lapangan, tapi juga merambah luas ke ruang sosial, budaya dan politik. Mahfud tidak sedang meliput sepakbola, tetapi menyodorkan sejumlah hal yang berangkat dari sejumlah pertandingan seppakbola. Dengan narasinya ia menyajikan ironi, renungan dan reflektif dalam seluruh tulisannya.
Penulis: Mahfud Ikhwan Penerbit JBS Jumlah Halaman: 102 hlm.