Tembakau Srintil merupakan tembakau yang terhitung unik. Karena tidak bisa dibudidayakan sebagai mana membudidayakan tembakau. Karena jenis ini hanya muncul secara tiba-tiba. Namanya diambil dari kata sri-ne dan kata ngintil.
Sri diambil dari kata “Dewi Sri” yaitu dewi kesuburan, sawah yang pemujaan terhadapnya berlangsung sejak masa pra-Hindu dan pra-Islam di pulau Jawa. Singkat kata “Keberuntungan”. Sedang ngintil adalah ikut-mengikuti diambil dari bahasa jawa. Jadi srintil itu daun tembakau yang diikuti dengan keberuntungan.
Karena tembakau Srintil berharga sangat mahal yang konon adalah tembakau termahal di dunia. Lain sisi, diambil dari kata “mrintil” atau “printil” dari bahasa jawa yang artinya “potongan kecil kecil” karena berbentuk bongkahan yang apabila terpecah akan berbentuk potongan kecil kecil. Bentuk keseluruhannya sangat berbeda dari tembakau pada umumnya, berbongkah hitam mirip aspal dan sedikit berminyak, berbau manis tajam seperti buah salak.
Seperti pada umumnya pada masyarakat jawa, Tembakau Srintil lekat kisahnya dengan cerita legenda di masyarakat. Apabila tembakau sebelum panen dilewati cahaya kuning dari langit makan akan menjadi tembakau Srintil.
Legenda berlanjut dari kisah Sunan Kudus yang melempar Kinjeng Emas (Capung Emas) karena mendapatkan laporan dari Ki Ageng Mangkukuhan yaitu daerah Temanggung hasil panen tembakaunya tidak memberikan hasil pada penduduk.
Saat melempar si Capung Emas, capung tersebut terbang dan jatuh di lereng gunung sumbing, sehingga di daerah jatuhnya capung tersebut menjadi daerah penghasil Srintil.
Mengapa sangat unik ? Tembakau Srintil tercipta “tiba tiba”. Tidak ada yang tahu pasti apakah petani akan mendapatkan “berkah” emas ini. Tembakau srintil dihasilkan dari daun paling atas pada tanaman tembakau. Biasanya dipetik paling akhir. Sewaktu masih di pohon, tak ada yang bisa mengetahui lembaran daun itu akan menjadi srintil atau bukan.
Petani baru mengetahui telah memanen srintil setelah daun tembakau yang dikeram seperti membusuk, mengeluarkan cairan yang menyebarkan aroma harum. Tembakau ini tercipta dari sebuah fenomena & keindahan tanah Jawa yang tersekpresikan pada selembar daun yang membusuk saat diperam.

Tembakau Srintil itu sendiri dalam urutan grade tembakau masuk dalam urutan F dan G. Grade tembakau itu sendiri diurutkan dari A (Kualitas terendah). Faktanya tembakau ini memiliki harga selangit, bisa mencapai 1 juta rupiah per kilogram!
Ciri khas tembakau ini dari aroma harum dan manis yang ditebarkan. Bau khasnya seperti bau buah salak yang matang. Harum sekali. Bahkan apabila kita simpan bisa tercium jarak 1-2 meter. Ciri khas lainnya adalah kandungan nikotin yang sangat tinggi dibandingkan varietas tembakau lainnya. Karena itu, tembakau ini diposisikan sebagai tembakau “lauk”. Dalam komposisi tembakau racikan sebuah rokok, umumnya ada 2 jenis yaitu “tembakau nasi” yang bersifat dominan dan “tembakau lauk” sebagai penambah rasa. Umumnya tembakau nasi dari tembakau virginia. Ciri khas “tembakau lauk” memiliki karakter yang “strong” seperti Srintil, kemloko hingga Latakia.
Di Indonesia rokok kretek boleh jadi sebagai identitas bangsa. Saking terkenalnya dalam peracikan rokok kretek memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi dan memiliki campuran hingga 7 jenis tembakau + cengkeh. Faktanya dalam sebatang rokok kretek dibutuhkan tembakau srintil sebagai campuran utama untuk membentuk karakter rasa yang khas. Harum, manis dan memiliki tendangan nikotin yang mantap, tidak seperti jenis rokok putih lainnya. Tembakau ini memiliki karakter yang sangat kuat. Sedikit saja bisa mendominasi keseluruhan blend. Maka diperlukan kelihaian dalam meracik blend. 1 ons gilingan tembakau ini saja bisa memberikan rasa nikmat hingga 1 ton racikan. Ibarat MSG yang berperan menguatkan dan menikmatkan sebuah blend.
Kadang Srintil suka dimetaforakan sebagai sesosok wanita Jawa, hitam & manis yang secara tidak langsung jadi teringat kisah Roro Mendut dan Pranacitra. Sesosok wanita yang menjual rokok lisong dengan menjilat kertas rokoknya sebagai lem sebagai “pesona” penarik pembeli. Di sini kita lihat menjadi 2 eksotika, apakah pesona Roro Mendut sebagai penarik dagangan ? atau pesona tersembunyi dari Nona Srintil yang dibungkus dalam lisong ?