Pernikahan adat Padang & Minangkabau dikenal rumit. Berikut ini susunan cara lengkap dan prosesi penting dalam pernikahan adat Padang dan Minang.
Mempersiapkan pernikahan adat tidaklah mudah, banyak sekali proses yang harus dilewati. Tak hanya itu, pada pernikahan adat Padang, banyak keluarga besar yang dilibatkan dalam setiap prosesi pernikahan.
Acara pernikahannya pun tidak hanya berlangsung satu hari, namun ada beberapa prosesi yang dijalankan dari beberapa hari sebelum hari pernikahan, sampai setelah hari pernikahan selesai pun, prosesi pernikahan adat Padang masih berlanjut.
Setiap tahap acara melibatkan adat dan budaya di momen pernikahan memiliki makna dan harapan yang berarti. Maka dari itu, jangan sampai ada yang terlewatkan. Berikut susunan acara dan prosesi pernikahan adat Padang lengkap dari awal sampai akhir.
Baca Juga: Inspirasi Kata-Kata untuk Sahabat, Bikin Erat Pertemanan!
Susunan Acara Pernikahan Adat Padang & Minangkabau

Sumber gambar: wikipedia
Tokopedia telah mengulas susunan acara pernikahan adat Padang dan Minangkabau di bawah ini. Simak artikel berikut untuk selengkapnya.
1. Marasek
Marasek merupakan tahapan pertama pada tata cara pernikahan adat Padang. Pada prosesi ini, utusan dari keluarga pihak calon mempelai wanita akan mendatangi keluarga calon mempelai pria.
Sesuai dengan adat istiadat Padang yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, proses penjajakan ini dilakukan oleh keluarga wanita.
Yang diutus pun tak sembarang orang, wanita yang dianggap berpengalaman atau dituakan lah yang mencari tahu apakah sang pria cocok untuk dinikahkan dengan sang wanita. Prosesi Marasek ini bisa berlangsung beberapa kali sampai terjadi kesepakatan.
2. Maminang dan Babimbang Tando (bertukar tanda)
Jika mendapatkan hasil yang positif, prosesi selanjutnya pada pernikahan adat Padang pada Marasek adalah Maminang. Pihak keluarga calon mempelai wanita datang membawa buah tangan untuk keluarga calon mempelai pria.
Biasanya buah tangan yang dibawa adalah sirih pinang lengkap, kue-kue, dan buah-buahan. Sirih disuguhkan di awal memiliki makna bahwa bila ada kekurangan atau kejanggalan dalam pertemuan tidak menjadi gunjingan, sebaliknya hal-hal manis boleh melekat dan diingat selamanya.
Setelah itu, dilanjutkan dengan prosesi Batimbang Tando atau bertukar tanda. Tujuan dari prosesi ini adalah untuk mengikat kedua pihak dan tidak bisa dibatalkan sepihak.
Barang-barang yang dipertukarkan biasanya benda-benda pusaka seperti keris, kain adat, atau benda lain yang bernilai bagi keluarga.
Prosesi pernikahan adat Minang ini melibatkan orang tua, ninik mamak, dan para sesepuh dari kedua pihak.
3. Mahanta Siri
Prosesi selanjutnya adalah Mahanta Siri di mana kedua mempelai meminta izin dan doa restu kepada anggota keluarga yang dituakan. Ritual pernikahan adat Minang ini juga bertujuan membertahukan rencana pernikahan.
Pada prosesi ini calon mempelai pria akan membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau, yang mana zaman sekarang sering diganti dengan rokok. Sementara itu calon mempelai wanita akan membawa sirih lengkap
4. Babako-babaki
Pada prosesi ini, pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita yang disebut dengan Bako menunjukkan kasih sayangnya terhadap calon mempelai wanita dengan memberikan bantuan biaya sesuai dengan kemampuannya.
Para keluarga datang membawa hantaran yang berupa sirih lengkap sebagai hantaran kepala adat, nasi kuning singgang ayam sebagai simbol dari makanan adat, dan barang-barang yang diperlukan calon mempelai wanita seperti pakaian, perhiasan emas, makanan, dan lain sebagainya.
Calon mempelai wanita akan dijemput dari rumahnya menuju rumah ayahnya untuk diberikan petua oleh para tetua.
Lalu keesokan harinya diarak kembali ke rumahnya dengan iringan keluarga ayah membawa barang hantaran tadi.
5. Malam Bainai
Malam Banai dilakukan semalam sebelum hari pernikahan. Bainai berarti melekatkan tumbuhan halus daun pacar merah (daun inai) ke kuku calon mempelai wanita.
Malam Bainai dilakukan sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu yang diberikan oleh para sesepuh keluarga calon mempelai wanita.
Selain itu, terdapat juga air dari campuran tujuh macam kembang. Air campuran ini digunakan untuk memandikan calon mempelai wanita.
Baca Juga: Kata-Kata Tulus Minta Maaf buat Pacar, Bikin Hati Dia Luluh
6. Manjapuik Marapulai
Manjapuik Marapulai merupakan prosesi paling penting diantara rangkaian prosesi pernikahan adat Padang lainnya.
Calon mempelai pria akan dijemput untuk menyambangi kediaman calon mempelai wanita untuk melangsungkan akad nikah.
Lalu pada acara ini pula dilangsungkan pemberian gelar pusaka kepada sang pria menandakan kedewasaan. Keluarga pihak wanita kemudian akan menyambut dengan sirih lengkap menunjukan tata krama.
7. Penyambutan di Rumah Anak Daro
Prosesi pernikahan adat Padang dilanjutkan dengan penyambutan calon mempelai pria di rumah calon mempelai wanita.
Momen besar ini biasanya menjadi acara yang paling meriah. Penyambutan ini diiringi musik tradisional Minang yaitu talempong dan gandang tabuk, serta barisan Gelombang Adat timbal balik yang terdiri dari pemuda-pemuda berpakaian silat, juga disambut para dara berpakaian adat yang berperan menyuguhkan sirih.
Saat calon mempelai pria memasuki rumah, para sesepuh dari pihak wanita akan memercikkan air ke kakinya sebagai tanda penyucian lalu menaburinya dengan beras kuning. Lalu calon mempelai pria pun berjalan menuju tempat akad dilangsungkan.
8. Akad Nikah
Setelah penyambutan di rumah calon mempelai wanita, inti dari segala prosesi pernikahan ini pun tiba.
Orang tua pihak wanita melepaskan putrinya untuk dinikahi oleh seorang pria, dan mempelai pria menerima mempelai wanita untuk dinikahi.
9. Basandiang di Pelaminan
Seusai sah menjadi pasangan suami istri, kedua mempelai kemudian bersanding di rumah mempelai wanita.
Anak daro (mempelai wanita) dan marapulai (mempelai wanita) akan menanti tamu undangan sambil musik didendangkan di halaman rumah.
10. Tradisi Usai Akad Nikah
Pada pernikahan adat Minang, prosesinya tidaklah berhenti sampai akad nikah saja, masih ada beberapa tahapan prosesi yang harus dijalankan setelahnya.
a. Mamulangkan Tando
Saatnya mengembalikan tanda yang diberikan sebagai ikatan janji pada saat lamaran karena sekarang kedua pasangan telah resmi menjadi suami istri.
b. Malewakan Gala Marapulai
Prosesi pernikahan adat Minang selanjutnya adalah mengumumkan gelar sebagai tanda kehormatan dan kedewasaan bagi mempelai pria.
c. Balantuang Kaniang (Mengadu Kening)
Selanjutnya, kedua mempelai dihadapkan satu sama lain dalam posisi duduk. Dalam keadaan berhadapan, kedua wajah mereka hanya terpisahkan oleh kipas.
Lalu kipas diturunkan perlahan sehingga kening mereka saling menempel. Prosesi ini akan dipimpin oleh para sesepuh wanita.
d. Mangaruak Nasi Kuniang
Salah satu prosesi yang unik dari pernikahan adat Minang adalah acara yang satu ini. Kedua mempelai berebut mendapatkan daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi kuning.
Acara ini mengisyaratkan hubungan suami istri yang bekerja sama untuk saling melengkapi dan menahan diri.
e. Bamain Coki
Bamain Coki berarti bermain Coki. Coki adalah mainan tradisional Minang mirip catur yang dimainkan di atas papan mirip halma. Permainan ini bertujuan meluluhkan kekauan dan ego masing-masing agar tercipta kemesraan diantara kedua mempelai.
f. Tari Payung
Tarian ini dipercaya sebagai tarian untuk pengantin baru. Para penari akan menggunakan payung sebagai lambang peran suami sang pelindung istri.
11. Manikam Jajak
Prosesi adat pranikah sampai hari pernikahan telah usai dilaksanakan, namun prosesi pernikahan adat Minang belum sepenuhnya selesai.
Satu minggu setelah hari pernikahan, kedua mempelai akan bertandang ke rumah orang tua dan ninik mamak pengantin pria membawa makanan. Sikap ini dilakukan untuk menghormati orang tua dan ninik mamak pengantin pria.
Baca Juga: Prosesi dan Makna dalam Siraman Adat Jawa
Seperti itulah pernikahan adat Minang yang menggiring secara bertahap sampai pada momen inti pernikahan itu sendiri.
Relatif jauh berbeda memang dengan pernikahan modern masa kini yang menjunjung tinggi konsep kesederhanaan. Namun, suasana pada pernikahan adat tidak akan bisa tergantikan dengan apapun.
Penulis: Nathania Griselda