Jenis dan Manfaat Imunisasi – Imunisasi adalah program yang digalakkan (umumnya oleh pemerintah) untuk mencegah penyakit menular. Penerapan dari program ini adalah melalui pemberian vaksin, sehingga dapat imun terhadap penyakit menular berbahaya di waktu mendatang, karena telah diberi vaksin tertentu dan melakukan pembentukan antibodi dalam tubuh. Imunisasi merupakan salah satu proses penting dalam pertumbuhan anak.
Umumnya, imunisasi dimulai sejak bayi hingga masuk sekolah, dan ada banyak jenis serta manfaatnya. Hal ini seharusnya wajib dilakukan karena berbagai penyakit berbahaya dapat menyerang kesehatan anak yang rawan. Namun akhir-akhir ini banyak melupakan betapa pentingnya imunisasi bagi anak, karena minimnya informasi. Nah, tak usah khawatir karena artikel ini akan menjelaskan jenis imunisasi wajib serta manfaatnya pada anak.
Baca juga: Mengenal Difteri: Penyebab, Gejala, Pencegahan serta Obat yang Tepat
Jenis Imunisasi Wajib untuk Anak

Demi kesehatan, ada berbagai jenis vaksin dan imunisasi ditawarkan. Namun, tidak hanya semua vaksin diperlukan, karena hanya ada sejumlah imunisasi yang wajib dilakukan. Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah imunisasi wajib bagi anak-anak, yaitu:
1. Polio
Imunisasi ini diberikan untuk mencegah penyakit polio, dan biasanya diberikan sekitar 6 kali, yaitu ketika baru lahir, serta di usia 2, 4, dan 6 bulan. Jangka panjang biasanya diberikan kembali pada umur 18 bulan dan 5 tahun. Kenapa imunisasi polio wajib? Karena polio hanya dapat dicegah, tidak ada pengobatan tersedia untuk polio. Pemberian vaksin polio dapat memberikan perlindungan terhadap anak.
Ada dua cara pemberian vaksin polio melalui imunisasi di Indonesia, yaitu dengan cara melalui mulut serta disuntik. Namun sebagian besar di pusat kesehatan, masih menggunakan sistem OPV (Oral Poliomyelitis Vaccien) atau pemberian vaksin melalui mulut.
2. DPT
Ini merupakan salah satu vaksin imunisasi yang wajib dan kini sedang berkembang marak di masyarakat mengenai keberadaan vaksin ini. DPT merupakan akronim dari Difteri, Pertusis, dan Tetanus. Nah, Difteri inilah yang kini sedang mewabah di sejumlah kota, umumnya karena para penderitanya tidak menjalani imunisasi DPT.
Imunisasi ini diberikan kepada balita selama lima kali, yaitu pada umur dua, empat, enam bulan serta satu setengah dan lima tahun. Kamu bisa menemukan vaksin ini di Puskesmas secara gratis ataupun ketika acara imunisasi di Posyandu. Biasanya, imunisasi DPT akan menimbulkan reaksi pada anak, yaitu demam. Tapi tak perlu khawatir karena demam hanya akan terjadi selama 1 hingga 3 hari, sehingga biasanya disarankan untuk penggunaan obat penurun demam bersamaan dengan pemberian vaksin.
3. Campak
Jenis imunisasi ini tentunya untuk mencegah terjangkitnya penyakit campak. Biasanya imunisasi jenis ini diberikan sekitar dua kali, yaitu pada usia sembilan bulan dan enam tahun. Selain itu, vaksin untuk imunisasi ini juga bervariasi, ada sebutan MR (Measles, Rubella) dan MMR (Measles, Mumps, Rubella). Bedanya adalah jenis imunisasi ini melindungi lebih karena mampu menghalau rubella dan gondong. Campak hanya akan menyerang sekali seumur hidup, sehingga jenis imunisasi campak wajib diberikan kepada anak-anak.
Kamu tak perlu khawatir ketika imunisasi campak, karena vaksin yang digunakan telah mendapat rekomendasi dari WHO dan izin edar dari Badan POM. Vaksin MR persen efektif untuk mencegah penyakit Campak dan Rubella.Vaksin ini aman dan telah digunakan di lebih dari 141 negara di dunia. Demam ringan, ruam merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah reaksi normal yang akan menghilang dalam 2-3 hari.
4. BCG
Vaksin ini diberikan untuk menghindari penyakit tuberkulosis atau lebih dikenal TBC. Penyakit ini menyerang bagian paru-paru dan berbahaya, sehingga jenis imunisasi BCG wajib dilakukan, terutama saat bayi berusia sekitar satu hingga dua bulan. Vaksin ini hanya diberikan sekali saja, tak perlu diulang kecuali ada kejanggalan seperti vaksin palsu dan lain sebagainya. Umumnya reaksi dari jenis imunisasi ini adalah munculnya bekas suntikan (seperti benjolan) pada kulit. Hal ini juga menandakan bahwa imunisasi berhasil.
5. Hepatitis B
Imunisasi ini dilaksanakan untuk mencegah penyakit hepatitis B, yaitu infeksi hati. Imunisasi ini berkelanjutan, sehingga membutuhkan beberapa kali pemberian vaksin. Pemberian vaksin hepatitis B dapat dilakukan pada anak pertama kali setelah kelahirannya. Pemberian selanjutnya dapat diberikan ketika berusia satu bulan, dan terakhir pada umur sekitar tiga hingga enam bulan.
Sejumlah reaksi yang dapat terjadi setelah dilakukan jenis imunisasi ini adalah demam dan rewel, biasanya karena rasa lelah. Selain itu, reaksi yang dapat terjadi namun jarang ditemui adalah kemerahan, pembengkakan pada daerah wajah dan gatal-gatal.
Manfaat Imunisasi

Imunisasi, secara umum akan memberikan manfaat terhadap bayi dan anak, yaitu memberi perlindungan dari penyakit berbahaya, serta mencegah penularan penyakit berbahaya kepada keluarga seperti adik dan/atau kakak serta teman-teman sekitarnya. Selain itu, imunisasi juga akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga mampu melawan penyakit dengan vaksin yang telah diberikan. Sehingga, imunisasi tak hanya bermanfaat bagi anak sendiri namun juga bermanfaat ke lingkungan sekitar.
Baca juga: 5 Cara Memaksimalkan Pertumbuhan Tinggi Anak
Tak usah takut dan khawatir mengenai imunisasi setelah membaca jenis imunisasi pada artikel di atas. Karena imunisasi sangat bermanfaat tak hanya untuk pribadi tapi juga untuk lingkungan sekitar. Berbagai penyakit menular berbahaya dapat dihindari dan dicegah dengan melakukan imunisasi, terutama mengikuti jenis imunisasi wajib dengan lengkap.
Kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI) juga umum terjadi, seperti reaksi demam kemerahan, ataupun bengkak. Tak perlu khawatir berlebihan. Namun, bila hal berlanjut barulah kamu harus segera mendapatkan informasi dari dokter. Karena, imunisasi lebih banyak manfaatnya ketimbang mudaratnya!