Pengobatan tuberkulosis harus dilakukan hingga tuntas oleh penderitanya. Jika tidak, hal ini bisa menimbulkan TB resisten. Apa itu resisten obat? Simak pengobatan tuberkulosis di sini!
Ditinjau oleh: dr. M. Ade Wijaya
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang bisa menginfeksi paru-paru dan organ lainnya. Tidak semua orang yang terinfeksi penyakit ini menjadi sakit, tetapi orang yang sakit setelah terinfeksi memerlukan pengobatan tuberkulosis. Bila tidak dirawat dengan baik, tuberkulosis bisa menjadi fatal.
Bagi Toppers yang penasaran, simak penjelasan tentang pengobatan tuberkulosis berikut ini yuk!
Baca juga: 15 Makanan untuk Atasi Tekanan Darah Rendah
Jenis dan Pengobatan Tuberkulosis

Sumber gambar: Canva
Pengobatan tuberkulosis dilakukan sesuai jenisnya. Berdasarkan ciri-cirinya, tuberkulosis terbagi menjadi dua jenis, yaitu tuberkulosis laten dan aktif.
Tuberkulosis laten terjadi ketika Anda terinfeksi TB, tetapi tidak memiliki gejala penyakit ini dan tidak menularkan bakteri tuberkulosis kepada orang lain. Pada kondisi ini, bakteri tuberkulosis tetap ada di tubuh seumur hidup tanpa menyebabkan penyakit. Namun, pada orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah, kondisi ini bisa berkembang menjadi TB aktif.
Untuk menangani tuberkulosis laten, dokter biasanya merekomendasikan melakukan terapi pencegahan dengan mengonsumsi antibiotik isoniazid (INH) setiap harinya selama tiga atau empat bulan.
Berbeda dari tuberkulosis laten, tuberkulosis aktif menimbulkan beberapa gejala dan bisa menyebarkan bakterinya kepada orang lain. Beberapa gejala yang muncul, yaitu batuk lebih dari dua minggu, penurunan berat badan, demam hilang timbul, lemas dan berkeringat di malam hari.
Pengobatan tuberkulosis aktif biasanya dilakukan dengan mengkonsumsi beberapa obat-obatan. Beberapa obat yang digunakan untuk perawatan tuberkulosis, yaitu Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, dan Ethambutol.
Setelah mengkonsumsi obat tuberkulosis selama beberapa pekan, kesehatan Anda perlahan akan membaik. Namun, meski sudah membaik, Anda tetap perlu menyelesaikan pengobatan TB minimal enam bulan. Setelah enam bulan berlalu, dokter akan memeriksa kembali kondisi paru-paru yang terinfeksi. Bila bakteri tuberkulosis masih ada di paru-paru, dokter akan meminta untuk melanjutkan pengobatan tuberkulosisnya hingga 12 bulan.
Efek Samping Pengobatan Tuberkulosis

Sumber gambar: Canva
Selama pengobatan tuberkulosis berlangsung, Anda mungkin akan mengalami beberapa efek samping obat. Efek samping obat yang bisa terjadi, seperti:
- Sakit perut, mual, muntah, atau kehilangan nafsu makan
- Kesemutan atau mati rasa di tangan atau kaki
- Kulit gatal, ruam, atau memar
- Perubahan pada penglihatan atau penglihatan buram
- Kulit atau mata menguning
- Urine berwarna kemerahan (efek konsumsi obat rifampisin)
- Kelemahan, lemas, atau demam selama beberapa hari
Bila Anda alami efek samping obat yang tidak biasa, segera konsultasikan pada dokter. Dokter mungkin akan meresepkan obat lain untuk menangani efek sampingnya.
Adanya efek samping pengobatan tuberkulosis ini sering membuat penderita TB berhenti melakukan perawatan. Nah, hal ini bisa menjadi bahaya karena memicu resisten obat. Resisten obat adalah kondisi saat obat yang dikonsumsi tidak mampu lagi untuk membunuh bakteri TB.
Ketika penderita alami resisten obat, perjuangan untuk sembuh akan semakin sulit. Pasalnya, dosis obat mungkin akan ditambah dan waktu pengobatan tuberkulosis akan terjadi selama 20–30 bulan. Hal ini tentunya akan memicu efek samping yang lebih serius.
Oleh sebab itu, penting sekali untuk menyelesaikan pengobatan tuberkulosis sampai tuntas sesuai anjuran dokter.
Baca juga: Ini Penyebab Tekanan Darah
Itulah penjelasan mengenai resisten obat pada tuberkulosis serta pengobatannya. Semoga bermanfaat ya!
Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan penuhi kebutuhan obatmu dengan Dkonsul. Konsultasi mudah, cepat, dan praktis!
Penulis: Fatin Nur Jauhara
Referensi: