• socmed Facebook icon
  • socmed Instagram icon
  • socmed Twitter icon
  • socmed Youtube icon
Tokopedia
Tokopedia Blog - Home
MORE STORIES

Biografi Ki Hajar Dewantara, Sang Bapak Pendidikan Nasional

Share

Biografi Ki Hajar Dewantara, Sang Bapak Pendidikan Nasional

Ketahui biografi Ki Hajar Dewantara, sang Bapak Pendidikan Nasional yang mendedikasikan dirinya untuk kemajuan pendidikan Indonesia di masa kemerdekaan.


Tentunya Toppers familiar dengan nama Ki Hajar Dewantara, sang Bapak Pendidikan Nasional yang sangat berjasa dalam memberikan akses pendidikan kepada kaum pribumi Indonesia di zaman penjajahan Belanda. Beliau juga aktif dalam menyuarakan pendapatnya dalam tulisan bergaya komunikatif tentang gagasan-gagasan antikolonial.

Di sepanjang hidupnya, Ki Hajar Dewantara telah menjadi aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, serta pelopor pendidikan untuk kaum pribumi di zaman penjajahan Belanda. Ia juga mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta yang memberikan akses pendidikan kepada rakyat pribumi yang belum bisa mengemban pendidikan di sekolah biasa pada masa itu.

Atas dedikasinya dalam memperjuangkan pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara pun dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional, di mana hari lahirnya juga ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Semboyan ciptaannya, Tut Wuri Handayani, kini digunakan oleh Kementerian Pendidikan Indonesia.

Baca Juga: Biografi Singkat Presiden Soekarno, Pahlawan Kemerdekaan Indonesia

Biografi Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara lahir dari sebuah keluarga bangsawan. Selain berfokus ke dunia pendidikan, beliau juga banyak berkecimpung di dunia jurnalisme dengan menjadi penulis dan wartawan. Sebelum mengulik lebih jauh tentang biografi Ki Hajar Dewantara, mari kita lihat biodata Ki Hajar Dewantara.

Biodata Ki Hajar Dewantara

  • Nama: Ki Hajar Dewantara
  • Alias: Bapak Pendidikan Indonesia, Pendiri Taman Siswa, Pelopor Pendidikan Indonesia, Pahlawan Revolusi Kemerdekaan, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
  • Lahir: Pakualaman, 2 Mei 1889
  • Meninggal: Yogyakarta, 26 April 1959 (umur 69 tahun)
  • Orang Tua: Pangeran Soerjaningrat dan Raden Ayu Sandiah
  • Istri: Nyi Hajar Dewantara
  • Pendidikan:
    Europeesche Lagere School (ELS)
    STOVIA

Masa Muda Ki Hajar Dewantara

potret muda ki hajar dewantara

Sumber Gambar: Notepam & DPP LSM Kompor Indonesia

Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga bangsawan Yogyakarta, yaitu bangsawan Kadipaten Pakualaman. Ki Hajar Dewantara merupakan putra dari pasangan Pangeran Soerjaningrat dan Raden Ayu Sandiah.

Ki Hajar Dewantara menamatkan pendidikan dasarnya di Europeesche Lagere School dan melanjutkan pendidikan kedokteran di STOVIA. Akan tetapi, pendidikannya di STOVIA harus berhenti karena kesehatannya yang mulai memburuk.

Awal Karir dengan Jurnalisme dan Boedi Oetomo

kegiatan ki hajar dewantara

Sumber Gambar: Idsejarah

Ki Hajar Dewantara mulai menggeluti dunia jurnalisme dengan bekerja sebagai wartawan untuk surat kabar Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Beliau banyak menulis artikel bergaya komunikatif dan patriotik untuk menyampaikan gagasan antikolonial kepada pembaca.

Selain menjadi wartawan, Ki Hajar Dewantara juga turut terlibat dalam organisasi sosial dan politik. Beliau aktif berperan dalam Seksi Propaganda Boedi Oetomo untuk menyadarkan rakyat Indonesia betapa pentingnya persatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Baca Juga: Ini Deretan Pahlawan Nasional Indonesia yang Harus Kamu Tahu

Berjuang Melaui Indische Partij

ki hajar dewantara bersama douwes dekker dan cipto mangunkusumo

Sumber Gambar: VOI

Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara bersama dengan Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo mendirikan partai politik pertama di Indonesia yang bernama Indische Partij.

Partai ini beraliran nasionalisme Indonesia dan dibentuk pada tanggal 25 Desember 1912. Ketiga pendirinya kemudian dikenal dengan nama Tiga Serangkai. Indische Partij sendiri didirikan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.

Saat hendak mendaftarkan Indische Partij untuk mendapatkan status badan hukum, Pemerintah Kolonial Belanda menolak karena dianggap berpotensi membangkitkan semangat rakyat Indonesia untuk memberontak melawan Pemerintah Belanda.

Namun, Ki Hajar Dewantara tidak berhenti sampai di situ saja. Beliau mendirikan Komite Bumiputera untuk melontarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda.

Pengasingan di Belanda

karya ki hajar dewantara

Sumber Gambar: vredeburg.id

Tidak hanya itu, Ki Hajar Dewantara juga menulis artikel berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga).

Tulisan ini menyebabkan Ki Hajar Dewantara ditangkap dan diasingkan oleh Pemerintah Belanda ke Pulau Bangka, tetapi Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo memprotesnya. Akhirnya, ketiganya diasingkan ke Belanda atas permintaan mereka sendiri.

Pengasingan ini menjadi kesempatan untuk Ki Hajar Dewantara memperdalam ilmu pendidikan untuk nantinya diimplementasikan di Indonesia. Cita-citanya memajukan kaum pribumi Indonesia berbuah dengan diperolehnya Europeesche Akte.

Membangun Taman Siswa dan Menjadi Ki Hajar Dewantara

ki hajar dewantara mengajar di perguruan nasional taman siswa

Sumber Gambar: The Embassy of Republic Indonesia in Berlin

Sekembalinya Ki Hajar Dewantara ke Indonesia pada September 1919, beliau bergabung dengan sekolah binaan saudaranya untuk mengajar. Pengalaman ini selanjutnya digunakan untuk membangun konsep mengajar untuk lembaga pendidikan yang akan beliau dirikan.

Bersama rekan seperjuangannya, Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah perguruan nasional yang diberi nama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Didirikannya perguruan ini merupakan bentuk curahan cinta Ki Hajar Dewantara untuk mengembangkan pendidikan bagi masyarakat pribumi.

Taman Siswa dibentuk untuk menanamkan rasa kebangsaan kepada peserta didiknya agar mereka dapat mencintai bangsa dan memperjuangkan kemerdekaan untuk tanah air tempat mereka berpijak.

Pada masa pembentukan Taman Siswa ini, Ki Hajar Dewantara yang saat itu berusia 40 tahun memutuskan untuk mengganti namanya dari Raden Mas Soewardi Soerjaningrat menjadi nama yang kita kenal sampai saat ini. Beliau tidak ingin menggunakan gelar kebangsawanannya karena ingin merasa lebih dekat dengan rakyat pribumi.

Pasca Kemerdekaan Indonesia dan Akhir Hayat

ki hajar dewantara dan soekarno

Sumber Gambar: Historia.id

Setelah merebut kemerdekaan Indonesia, Presiden Soekarno mulai membentuk kabinet beserta jajaran menterinya. Atas dedikasinya terhadap pendidikan rakyat pribumi selama ini, beliau diangkat sebagai Menteri Pengajaran pertama di Indonesia. Beliau juga menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada pada tanggal 19 Desember 1956.

Tidak hanya itu, atas kontribusinya yang begitu besar dalam mengembangkan bidang pendidikan Indonesia, tanggal lahir Ki Hajar Dewantara yang jatuh pada tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hajar Dewantara menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 26 April 1959. Beliau wafat di Padepokan Ki Hajar Dewantara dan dimakamkan di Tanah Wijaya Brata. Upacara pemakaman Ki Hajar Dewantara dipimpin langsung oleh Soeharto yang berperan sebagai inspektur upacara.

Baca Juga: Biografi Moh. Hatta, Tokoh Proklamator dan Bapak Koperasi Indonesia

Demikian biografi Ki Hajar Dewantara yang bisa kita ilhami perjuangannya. Dari sini, kita bisa melihat bahwa pendidikan juga menjadi salah satu tombak dalam memperjuangkan kemerdekaan. Masyarakat yang melek pemikirannya akan sadar untuk membela dan mempertahankan kebebasan tanah air Indonesia.

Jika kamu ingin belajar lebih banyak tentang biografi tokoh kemerdekaan Indonesia dan sejarah kemerdekaan Indonesia lainnya, kamu bisa menggunakan voucher belajar dari Tokopedia untuk menambah ilmu baru dari berbagai lembaga terpercaya. Yuk cek sekarang juga!

Penulis: Muftia Parasati

© 2009-2025, PT Tokopedia