• socmed Facebook icon
  • socmed Instagram icon
  • socmed Twitter icon
  • socmed Youtube icon
Tokopedia
Tokopedia Blog - Home
MORE STORIES

Biografi Jenderal Soedirman, Guru yang Jadi Panglima Besar TNI di Usia 29 Tahun

Share

Biografi Jenderal Soedirman, Guru yang Jadi Panglima Besar TNI di Usia 29 Tahun

Jenderal Soedirman adalah perwira tinggi yang berjasa besar dalam dunia militer Indonesia. Ketahui perjalanannya hidupnya di biografi berikut.


Jenderal Soedirman atau Raden Soedirman merupakan sosok perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Ia dipilih sebagai Panglima Besar TNI pada tahun 1945 di usianya yang baru menginjak 29 tahun.

Sosoknya dikenal karena pengorbanannya dalam memperjuangkan kebebasan Indonesia dari tangan para penjajah hingga akhir hayatnya. Perjuangannya antara lain adalah dalam menaklukan Agresi Militer II oleh Belanda melalui strategi gerilya.

Berkat jasa besarnya, kini sosok Jenderal Soedirman dikenang melalui nama-nama jalan besar yang dinamakan sesuai namanya, monumen atau patung, hingga museum yang didedikasikan untuk dirinya.

Baca Juga: Biografi Moh. Hatta, Tokoh Proklamator dan Bapak Koperasi Indonesia

Biografi Singkat Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman atau Raden Soedirman dikenal sebagai sosok yang sangat dihormati oleh masyarakat Indonesia. Berikut ini adalah biografi Jenderal Soedirman, mulai dari biodata hingga peninggalan setelah akhir hayatnya:

Biodata Jenderal Soedirman

  • Nama: Raden Soedirman (EYD: Sudirman)
  • Alias: Jenderal Besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman, Jenderal Soedirman
  • Lahir: Purbalingga, 24 Januari 1916
  • Meninggal: Magelang, 29 Januari 1950 (umur 34)
  • Orang Tua: Karsid Kartawiraji (ayah), Siyem (ibu)
  • Istri: Alfiah
  • Anak: Didi Sutjiati, Didi Pudjiati, Taufik Effendi, Titi Wahjuti Satyaningrum, Didi Praptiastuti, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, Ahmad Tidarwono
  • Pendidikan:
    Hollandsch Inlandsche School (HIS)
    Taman Siswa
    Sekolah Wirotomo
    Kweekschool

Masa Kecil dan Pendidikan

jenderal soedirman dan istrinya beserta anaknya yang masih bayi

Sumber Gambar: minews.com

Raden Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916 dari sepasang suami istri yang merupakan rakyat biasa. Karena faktor ekonomi, semenjak kecil ia diadopsi oleh pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo yang merupakan seorang priayi dan camat di Rembang Purbalingga.

Pada usia tujuh tahun ia memulai pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) atau sekolah pribumi. Setelah tamat sekolah selama 7 tahun ia kemudian melanjutkan pendidikannya di sekolah Taman Siswa. Namun, pada tahun berikutnya ia pindah ke Sekolah Wirotomo karena sekolah taman siswa dilarang oleh pemerintah Belanda.

Soedirman dikenal sebagai sosok siswa yang rajin dan taat beragama. Ia mempelajari keislaman dibawah bimbingan Raden Muhammad Kholil. Teman-temannya bahkan menjulukinya sebagai ‘Haji’ karena ia sering berceramah dan rajin dalam belajar.

Belajar di Kweekschool untuk Menjadi Guru 

jenderal soedirman kecil bersama teman-teman

Sumber Gambar: Mengikuti Jejak Panglima Besar Jenderal Soedirman

Di tahun 1934, pamannya Cokrosunaryo wafat dan keluarga Soedirman jatuh miskin. Meskipun begitu, ia diperbolehkan untuk melanjutkan sekolahnya hingga tamat tanpa biaya.

Soedirman ikut mendirikan organisasi islam bernama Hizbul Wathan milik Muhammadiyah pada masa sekolahnya di Wirotomo. Setelah lulus, ia kembali belajar di Kweekschool, sebuah sekolah khusus calon guru, namun berhenti karena masalah biaya.

Soedirman lalu kembali ke Cilacap dan mulai mengajar di sekolah dasar Muhammadiyah. Selama mengajar di sekolah tersebut, ia aktif dalam perkumpulan organisasi pemuda Muhammadiyah. Kemampuannya dalam memimpin, aktif dalam berorganisasi, dan ketaatannya pada Islam, menjadikan Soedirman sebagai sosok yang dihormati oleh masyarakat.

Perjuangan Jenderal Soedirman pada Masa Pendudukan Jepang

jenderal soedirman hormat pada sang saka merah putih

Sumber Gambar: Historia

Pada tahun 1944, Soedirman bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) dan diangkat sebagai komandan batalyon di Banyumas setelah menyelesaikan pendidikannya. Selama menjabat, Soedirman bersama rekan sesama prajuritnya melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Jepang, hingga diasingkan ke Bogor.

Setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada awal Agustus 1945, Soedirman diperintahkan oleh Soekarno untuk memimpin perlawanan terhadap Jepang di Jakarta. Namun, ia menolak hal tersebut karena mengaku tidak terbiasa dengan lingkungan Jakarta. Ia justru mengajukan diri untuk memimpin pasukan di Kroya.

Setelah BKR (Badan Keamanan Rakyat) terbentuk, Soedirman turut aktif berpartisipasi di BKR cabang Banyumas dan memimpin masyarakat dalam melawan tentara Jepang. Sementara itu, pasukannya dijadikan bagian dari Divisi V oleh Oerip Soemohardjo, yang saat itu merupakan panglima sementara.

Baca Juga: Ini Biografi Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara

Diangkat Sebagai Panglima TNI

pengangkatan jenderal soedirman sebagai panglima tni

Sumber Gambar: Arsip Nasional Indonesia

Pada 12 November 1945, Soedirman terpilih untuk menduduki jabatan sebagai panglima besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebelum dilantik, ia sempat mengerahkan serangan kepada pasukan Inggris dan Belanda yang melakukan agresi militer di Ambarawa.

Berkat keberanian dan semangat juangnya dalam mempertahankan RI, Soedirman berhasil mendapatkan dukungan besar dari rakyat yang kemudian mengantarkannya pada pangkat tertinggi di TNI. Soedirman resmi dilantik sebagai Panglima TNI oleh Presiden Soekarno pada 28 Juni 1947 di Yogyakarta pada usianya yang baru menginjak 31 tahun.

Agresi Militer II dan Strategi Gerilya

jenderal soedirman dan para gerilyawan bersiap-siap untuk agresi militer ke-2

Sumber Gambar: Wikipedia

Salah satu perjuangan jenderal Soedirman yang paling terkenal dalam membela negara, ialah keputusannya dalam strategi gerilya pada saat Agresi Militer II oleh Belanda. Indonesia yang saat itu gagal bernegosiasi lewat Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Renville, terancam ingin dijajah kembali oleh tentara kolonial Belanda.

Pada Bulan Desember 1948, Soedirman lalu melakukan melakukan perlawan pada Agresi Militer II Belanda di Yogyakarta lewat perang gerilya. Soedirman dan kelompok kecilnya memulai perlawanan gerilya dengan melakukan perjalanan ke arah selatan hingga tujuh bulan lamanya.

Hingga pada 7 Mei 1949, Belanda menarik diri dari Indonesia lewat Perjanjian Roem-Royen. Pada tanggal 10 Juli, Soedirman dan kelompoknya kembali ke Yogyakarta dan disambut hangat oleh ribuan warga sipil dan para elit politik di sana.

Akhir Hayat Jenderal Soedirman

mobil pengantar jenazah jenderal soedirman

Sumber Gambar: Arsip Nasional Indonesia

Jenderal Soedirman berjuang melawan penyakit TBC dan terus melakukan pemeriksaan di rumah sakit Panti Rapih. Saat itu juga, Indonesia sedang dalam proses negosiasi dengan Belanda untuk menuntut pengakuan kedaulatan Indonesia.

Jenderal Soedirman pada saat itu menjadi jarang tampil di depan publik karena dirawat di Sanatorium di wilayah Pakem dan kemudian pindah ke Magelang pada bulan desember 1949. Sepanjang mengidap penyakit ini, ia tetap menjabat dan bertanggung jawab sebagai panglima TNI.

Pada 27 Desember 1949, Belanda kemudian mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara yang disebut dengan Republik Indonesia Serikat. Saat itu juga Jenderal Soedirman diangkat sebagai Panglima Besar TNI.

Sebulan kemudian, tepatnya pada tanggal 29 Januari 1950, Panglima Besar Soedirman menghembuskan nafas terakhirnya di Magelang. Jenazahnya diiringi barisan pelayat sepanjang 2 kilometer, empat tank, dan 80 kendaraan bermotor. Makam Jenderal Soedirman di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta hingga kini telah menjadi tujuan banyak peziarah.

Peninggalan Jenderal Soedirman

patung jenderal soedirman hormat di jalan Soedirman, DKI Jakarta

Sumber Gambar: VOI

Setelah wafat, Soedirman telah menerima berbagai tanda kehormatan dari pemerintah secara anumerta yang meliputi penghargaan Bintang Sakti, Bintang Gerilya, Bintang Mahaputra Adipurna, Bintang Mahaputra Pratama, Bintang Republik Indonesia Adipurna, dan Bintang Republik Indonesia Adipradana.

Pada 10 Desember 1964, Soedirman ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 314 Tahun 1964. Ia juga dipromosikan menjadi Jenderal Besar pada tahun 1997.

Untuk menghormati jasanya, sosok Soedirman ditampilkan dalam seri uang kertas rupiah terbitan 1968. Soedirman juga ditampilkan sebagai karakter utama dalam beberapa film perang, seperti Janur Kuning (1979) dan Serangan Fajar (1982).

Tak hanya itu, banyak juga jalan yang dinamai sesuai dengan namanya, termasuk sebuah jalan utama di Jakarta. Bahkan Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto, Banyumas yang didirikan pada 1963 juga dinamai sesuai namanya.

Rumah masa kecilnya di Purbalingga saat ini dijadikan Museum Soedirman, sedangkan rumah dinasnya yang berlokasi di Yogyakarta dijadikan Museum Sasmitaloka Jenderal Soedirman. Pada 18 Mei 1967, rumah kelahirannya di Magelang juga diresmikan sebagai Museum Soedirman dan menyimpan barang-barang milik sang jenderal.

Baca Juga: Biografi Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno 

Itulah biografi singkat Jenderal Soedirman, seorang sosok penting dalam era Revolusi Nasional Indonesia yang berjasa besar dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.

Bagi kamu yang ingin mempelajari lebih jauh tentang sejarah Indonesia, kamu bisa memanfaatkan voucher e-Learning di Tokopedia agar pengalaman belajarmu jadi lebih menyenangkan.

Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia, jangan lewatkan juga promo kemerdekaan yang menawarkan berbagai diskon besar-besaran untuk setiap transaksi kamu di Tokopedia!

Penulis: Abya Zara

© 2009-2025, PT Tokopedia